Langkah-langkah Menyusun Penelitian dari Nol

Halaman ini akan menjelaskan tentang panduan atau langkah-langkah menyusun penelitian dari nol. Mari kita teruskan membaca langkah-langkahnya.

Penelitian memang menjadi hal yang krusial, terutama bagi mahasiswa semester akhir. Prosesnya panjang, sehingga lalai dalam menyelesaikannya merugikan waktu dalam perkuliahan. Sebaliknya, bila kita bisa lebih cepat menyelesaikannya, maka lebih cepat pula kita mendapatkan gelar Sarjana.

Itu memang masalah bagi setiap mahasiswa, dan setiap mereka pasti berhadapan dengannya. Jangan khawatir, halaman ini akan memandu Anda untuk memahami dan menyelesaikan penelitian dalam waktu yang lebih cepat.

Halaman ini, akan memandu Anda untuk memahami langkah-langkah penting yang harus Anda ketahui, dalam menyusun Penelitian dari NOL. Mari kita pelajari.

Langkah #1: Menemukan Masalah Penelitian

...Ya. Itu benar.

"Masalah" adalah awal dari penelitian. Jika Anda tidak mengetahuinya, maka akan menemukan jalan terjal dalam menyelesaikan skripsi.

Sebaliknya, jika Anda memahami betul tentang "masalah" yang akan diangkat untuk penelitian, setidaknya Anda melewati satu tahap, dan itu sangat baik.

Ini adalah pondasi. Jadi, siapapun dapat gagal karenanya, atau berhasil karenanya. Jika Anda tidak mengetahui permasalahan yang diangkat dalam riset Anda, itu akan menyulitkan melewati setiap prosesnya.

Misalnya: Tahap Ujian Sidang Munaqosyah, persoalan "masalah" dalam riset Anda pasti menjadi hal mendasar yang akan ditanyakan oleh penguji. Bahkan, ini biasanya ditanyakan di awal.

Dalam penyusunan laporan penelitian (skripsi), masalah harus diuraikan di awal, yang biasanya menggunakan istilah Latar Belakang Masalah sebagai sub dari BAB 1 dalam Skripsi.

Anda harus menemukan & memantapkan itu. Ada banyak cara untuk menemukannya, dan yang paling mujarab sepanjang perjalanan Saya:

  • Melakukan identifikasi masalah
  • Memetakan setiap hasil identifikasi
  • Menentukan masalahnya.

Sebagai contoh:
Anda melihat seorang Guru yang hadir terlambar di sekolah. Padahal, Guru seharusnya datang tepat waktu.

Identifikasinya: Guru terlambat hadir di sekolah
Masalahnya: Kompetensinya lemah/ rendah

Apakah se-sederhana itu?

...Tentu tidak. Anda harus menguraikan lebih banyak identifikasi lain, sebagai dasar dalam menentukan satu masalah yang terfokus.

Dari contoh itu kita bisa melihat, untuk dapat menentukan masalah, harus menguraikan lebih banyak identifikasi, sehingga "masalah" dapat diterima sebagai sesuatu yang harus diteliti. Ini PENTING..!

Langkah #2: Merumuskan Masalah

Setelah masalah ditemukan, selanjutnya Anda harus merumuskannya, agar lebih rasional, menggambarkan empirik, dan tentunya layak untuk diteliti.

Kebanyakan orang, merumuskan masalah dengan sembarangan, dan justru membuatnya sulit untuk diterima.

Mengapa?

Kadang-kala, mereka merumuskan masalahnya dengan hal yang ringan, yang justru tidak menampilkan akademik, dan Saya sering menemukan itu.

Baru-baru ini, saya melihat sebuah Proposal Skripsi, yang membuat rumusan masalahnya hanya dengan: "Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan [objek]?"

...Itu tidak mutlak, harus "Tidak Diterima". Tetapi, ia berkaitan dengan hal-hal lain. Misalnya, metodologi yang digunakannya. Bagaimana mungkin, sebuah penelitian yang dijalankan dengan Classroom Action Research (CAR), menggunakan rumusan masalah itu? Rumusan masalah semacam itu terlalu kecil bukan?

Jadi, bagaimana membuat rumusan masalah yang dapat diterima?

Menurut Saya, semua itu dipengaruhi dengan metode penelitian yang akan dijalankan.

Sebagai contoh: Sebuah penelitian menggunakan metode Classroom Action Research (CAR), dan membuat rumusan masalah seperti: Sebelum perlakuan, saat perlakuan, peningkatan setelah perlakuan.

Ini sejalan dengan karakteristik dari PTK itu sendiri, yang memungkinkan adanya "Action" disana. Sehingga, rumusan masalah ini dapat masuk akal, dan relevan dengan metodenya. Ini saling berkaitan erat.

Oleh karena itu, Anda harus memahami tentang karakteristik masalah dalam masing-masing jenis penelitian. Ini membantu untuk merancang rumusan yang lebih masuk akal.

Langkah #3: Bangun Landasan Teori

Landasan teori itu ibarat fondasi rumah. Tanpa fondasi yang kokoh, rumah akan mudah roboh. Begitu juga penelitian—tanpa landasan teori, penelitian akan kehilangan arah.

Landasan teori berfungsi sebagai pijakan akademik yang menjelaskan mengapa penelitian Anda dilakukan. Di sini, Anda menyusun konsep-konsep, teori-teori, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah Anda.

Caranya?

  • Baca buku-buku dan jurnal ilmiah yang sesuai dengan topik.
  • Pilih teori yang benar-benar mendukung penelitian Anda, bukan sekadar “biar banyak isinya”.
  • Susun secara runtut: dari konsep umum → teori utama → konsep spesifik yang mendukung penelitian Anda.

Ingat, landasan teori bukan tempat curhat panjang lebar, tapi ruang untuk membuktikan bahwa penelitian Anda punya dasar ilmiah yang jelas.

Langkah #4: Temukan Penelitian Relevan

Kalau landasan teori ibarat fondasi rumah, penelitian relevan adalah tetangga yang sudah membangun rumah sebelumnya. Anda bisa belajar dari mereka.

Menemukan penelitian relevan itu penting supaya:

  • Anda tidak mengulang penelitian yang sama persis.
  • Anda tahu “celah” atau gap penelitian yang bisa diisi.
  • Anda punya pembanding untuk hasil penelitian nanti.

Cara mencarinya:

  1. Gunakan Google Scholar atau database jurnal kampus.
  2. Ketik kata kunci yang spesifik sesuai topik Anda.
  3. Pilih penelitian dengan 5 tahun terakhir (lebih segar datanya).

Setelah ketemu, tulis ringkasannya: apa yang diteliti, metode yang digunakan, dan hasil yang diperoleh. Ini akan memudahkan Anda dalam bagian tinjauan pustaka.

Langkah #5: Tentukan Metode Penelitian

Metode penelitian itu adalah “jalan” yang Anda tempuh untuk mencapai tujuan penelitian. Kalau salah jalan, bisa nyasar, dan hasilnya melenceng.

Pertanyaannya: bagaimana memilih metode yang tepat?

Lihat dulu sifat masalah Anda:

  • Kalau ingin mendeskripsikan fenomena secara mendalam → gunakan kualitatif.
  • Kalau ingin mengukur, menguji, atau membandingkan angka → gunakan kuantitatif.
  • Kalau ingin memperbaiki proses pembelajaran atau praktik tertentu → gunakan Penelitian Tindakan.

Setelah memilih, jelaskan langkah-langkahnya secara rinci: subjek, lokasi, teknik pengumpulan data, instrumen, dan analisisnya.

Langkah #6: Kuasai Analisis Data

Analisis data adalah proses mengolah data mentah menjadi informasi yang punya makna. Kalau ibarat masakan, ini tahap mengolah bahan mentah jadi makanan siap santap.

Prinsipnya sederhana: jenis analisis harus sesuai dengan metode dan data yang Anda punya.

  • Kalau kualitatif → gunakan analisis tematik, model Miles & Huberman, atau analisis isi.
  • Kalau kuantitatif → gunakan uji statistik seperti t-test, ANOVA, atau regresi.
  • Kalau penelitian tindakan → bandingkan data sebelum dan sesudah tindakan, lalu hitung peningkatannya.

Yang penting, jangan asal pakai rumus atau teknik analisis. Pahami dulu logikanya, supaya saat diuji di sidang, Anda bisa menjelaskan mengapa memilih analisis itu.

Langkah #7: Bangun Kesimpulan Sesuai Tujuan Penelitian

Kesimpulan adalah “hasil panen” dari seluruh proses penelitian. Ia harus menjawab tujuan penelitian yang sudah Anda tulis di awal.

Tips membuat kesimpulan yang tepat:

  1. Jangan menambahkan informasi baru di sini.
  2. Jawab secara singkat dan jelas setiap tujuan penelitian.
  3. Gunakan bahasa yang lugas, tanpa bertele-tele.

Kalau perlu, tambahkan saran—baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk pihak yang berkepentingan. Dengan begitu, penelitian Anda bukan hanya berhenti di meja penguji, tapi juga bermanfaat bagi orang lain.

Komentar